DOKTOR ILMU HUKUM

WELLCOME TO CAFEL



MENCERDASKAN GENERASI

MENCERAHKAN ELEMEN BANGSA

MEMBUKA JENDELA DUNIA







Monday, November 22, 2010

GAYUS TAMBUNAN DAN VINCENT

Pemberitaan dan diskusi tentang korupsi Indonesia semakin menular ke elemen masyarakat yang paling tidak ada kaitannya dengan pemberantasan korupsi. Beberapa pejabat negara yang dituduh melakukan tindakan pidana korupsi kurang mendapat perhatian. Entah karena sudah ditangani pejabat yang berwenang, atau karena mereka memiliki perasaan yang sudah hambar, biasanya itu di negara ini.

Penyebaran berita yang paling menarik dari Gayus disinyalir bukan uangnya yang ratusan miliar semata, tetapi lebih dikarenakan pemberitaan Gayus ada di Bali. Pemberitaan ini menarik hampir seluruh elemen masyarakat manakala status Gayus saat itu adalah tahanan terkait kasus makelar kasus. Semua kaget, melihat wajah yang mirip Gayus sedang asyik masyik menikmati pertandingan tennis internasional di pulau dewata itu.
Lebih menggemparkan lagi, muncul polemik mengenai orang yang mirip Gayus itu. Beberapa pihak termasuk pemilih wajah asli sempat menyangkal bahwa yang menonton itu Gayus. Tekanan mulai terasa terutama kepada seorang wartawan yang mengabadikan momen itu.
Penulis berada pada pihak yang meyakini foto itu tidak asing dari aslinya. Keyakinan ini menjadi kuat ketika mengamati mata. Penulis pernah berkata kepada orang terdekat bahwa kita tidak bisa ditipu lagi, karena masyarakat sudah pernah diajari mengenal wajah lewat acara "sekilas wajah" bagian dari Berpacu Dalam Melodi bung Koes Hendratmo.
Syukurlah, pekan ketiga Nopember, Gayus asli mengaku bahwa foto itu memang dirinya sendiri. Pengakuan ini otomatis menutup celah pihak yang mencoba untuk merekayasa pemberitaan.

Kasus Gayus ini sendiri tidak lebih besar dari kasus pajak yang ditiupkan Vincent, seorang mantan pejabat di perusahaan swasta. Dari kacamata korupsi, kasus Vincent jauh lebih besar karena sudah menggunakan angka triliun. Namun, sorotan publik relatif sepi.
Dari perkara tersebut, penulis hampir yakin bahwa pokok persoalan bukanlah besarnya kerugian negara. Hal ini juga diperkuat perdebatan mengenai makna kerugian negara itu sendiri.
Persoalan yang disoroti adalah perilaku seorang tersangka dari sebuah kasus. Gayus dan Vincent sama-sama tersangka yang terkait dengan pajak, namun perilaku Gayus menunjukkan masih di atas angin alias arogan, sementar Vincent bertapa di balik pilar-pilar besi.

Tetapi apabila kita renungkan, Gayus dan Vincent bukanlah orang-orang yang aneh. Perilaku menyimpang dari rel yang digariskan sudah menjadi kebiasaan dalam masyarakat. Kebanyakan orang akan lebih memilih menggunakan kuasa uang dibandingkan dengan kerja keras untuk mencapai keinginannya.
Mereka yang tidak punya uang yang cenderung menyuarakan agar berjalan dalam rel-rel jujur, adil, berjuang untuk mencapai tujuan. Sementara yang punya uang, akan berkata untuk apa bersusah-susah, berikan uang saja masalahnya selesai.
Pendewaan uang menjadi solusi inilah barangkali yang perlu dikikis dan dicabut dari elemen masyarakat secara komprehensif. Mulai dari dunia pendidikan, sosial, pekerjaan dan jabatan. Apabila masyarakat mengakar pada kerja keras dan kejujuran, dipastikan bahwa korupsi akan menipis. Kalau tidak, Vincent, Gayus dalam bentuk dan cara serta tampilan yang berbeda akan selalu muncul dan gentayangan.

No comments:

Post a Comment