DOKTOR ILMU HUKUM

WELLCOME TO CAFEL



MENCERDASKAN GENERASI

MENCERAHKAN ELEMEN BANGSA

MEMBUKA JENDELA DUNIA







Monday, February 23, 2009

DOA ANAK BANGSA

OH TUHAN, AMPUNILAH KAMI,

SUCIKANLAH  PIKIRAN, HATI DAN JIWA KAMI

KAISKANLAH KESOMBONGAN

SAPULAH  EGO DARI DIRI KAMI,

SINGKAPLAH SELUBUNG DARI MATA KAMI

 

BUKALAH MATA HATI DAN ROHANI KAMI

TAYANGKANLAH  JEJAKMU DALAM VISI KAMI

PANCARKANLAH TERANGMU SEKELILING KAMI

ALIRKANLAH KUASAMU BERLABUH DI DALAM KAMI

 

MAMPUKAN KAMI BERCAHAYA BAGI KEGELAPAN

MAMPUKAN KAMI BERGUNA BAGI KEPUTUSASAAN

MAMPUKAN KAMI MENJADI ROTI YANG TERBAGI

MENGENYANGKAN  DAN MEMUASKAN KELAPARAN

EKONOMI RAKYAT : SATU RIBU (ONE THOUSAND)

Dalam ilmu ekonomi dasar, kebutuhan manusia (baca- raktyat) terdiri dari  kebutuhan pangan, sandang, pangan, jaminan hari tua. Kebutuhan tersebut digolongkan pada kebutuhan primer.  Secara strata, di atas kebutuhan primer masih ada  kebutuhan sekunder bahkan tertier. Namun untuk rakyat, memenuhi  kebutuhan lengkap juga sudah merupakan suatu prestasi. Di atas  60 % penduduk  Indonesia  umumnya  berada  pada  kelas rakyat. Dari jumlah itu, sebagian kecil saja rakyat yang  memiliki  kemampuan untuk memenuhi  unsur  pangan, sandang, papan, jaminan hari tua secara lengkap. Ada kelompok yang  hanya mampu memenuhi  pangan saja itu pun relatif banyak yang hanya sekedar  makan saja. Makanan yang   bergizi lengkap yang sering dikumandangkan lewat iklan televisi dan radio semakin jauh dari jangkauan. Kelompok lain semakin banyak yang kehilangan  papan (baca-rumah) akibat  semakin maraknya  bencana  alam atau  buatan manusia. Bahkan mereka yang dulunya memiliki rumah super sederhana  sekarang  tinggal di bawah tenda. Usaha untuk membangun rumah super sederhana tersebut  tidaklah dapat disamakan dengan cerita  loro jongrang yang membangun candi dalam satu malam. Mereka telah mengumpulkan  lembar demi lembar  uang ribuan bahkan recehan yang lebih kecil selama berpuluh tahun untuk mendirikan  sebuah pondok yang  setara dengan gubuk di pedesaan. Jerih payah  selama berpuluh tahun sirna diterpa  badai tsunami, banjir air, banjir lumpur bahkan kebakaran. Ironisnya, banyak  yang menamakan dirinya  tokoh rakyat memberi janji untuk  mengganti kerugian tapi  waktu sudah menghitung pergantian  siang ke malam; dari malam ke siang beribu kali, tetap saja  janji tinggal janji. Hati semakin teriris  mengetahui   mereka  kehilangan pangan juga, buah dari  kehilangan mata pencaharian mengikuti kehilangan papan.  Keadaan rakyat semakin bertambah parah ketika  mereka juga mulai kehilangan harapan terhadap masa depan.

Setiap  agama atau kebenaran selalu mengajarkan  agar umatnya memiliki harapan meskipun kondisi pahit getir. Kekuasaan yang diwakili  pemerintah juga  tidak henti-hentinya meniupkan slogan agar rakyat tetap berharap dan berharap.  Semakin kencang tiupan slogan, rakyat semakin menjauh dari  asa. Anarkis, merupakan  kata-kata yang  tidak diajarkan dalam agama  atau kearifan lokal, tapi justeru kata anarkis  semakin  genjar  bermunculan dalam perbincangan  dari pagi sampai sore, di kalangan rakyat  maupun kalangan elite. Kata anarkis seperti berkorelasi positif dan signifikan dengan tiupan slogan penguasa. Semakin  hari, tindakan anarkis bertebaran  di tengah komunitas rakyat.

Satu ribu (one thousand)

sejatinya, rakyat di Indonesia tidak perlu melakukan perbuatan anarkis atau memiliki perilaku anarkis. Indonesia dengan kekayaan alam yang super melimpah, penduduknya yang sudah berbilangan 200 juta  merupakan unsur yang cukup sebagai modal  pembangunan suatu bangsa. Selain super melimpah, kekayaan alam Indonesia juga  beraneka  ragam jenis dan sektornya. Satu hal yang patut disesalkan  adalah  hubungan antara kekayaan alam dan jumlah penduduk tidak seiring sejalan. Kekayaan alam dieksploitasi untuk memuaskan  perut  (konsumtif) saja  dan mengabaikan  kecerdasan  dan kearifan  (human investment). Pendidikan seharusnya sudah berpacu didepan slogan dan perut, tapi selama berpuluh-puluh tahun anggaran pendidikan  relatif kecil sehingga  prestasi atau mutu pendidik dan pendidikan Indonesia semakin melorot. Sayangnya, selain pemerintah tidak ada sektor lain yang  memiliki  visi untuk memajukan pendidikan.

Pendidikan menjadi kunci karena  pendidikan akan menjadi  jawaban terhadap  cara untuk meningkatkan harapan didalam diri rakyat. sudah menjadi budaya umum di Indonesia, bahwa  papan, sandang  boleh miskin, tapi  sekolah tetap jalan terus. Bahkan rakyat yang  kehilangan papan dan pangan pun tetap  berjibaku untuk mendorong pendidikan anak-anaknya. Satu hal yang menjadi  visi dan misi  keluarga  adalah agar kelak  si anak memiliki masa depan yang lebih baik dari  kehidupan sekarang. Sayangnya, nasib  tetap tidak berpihak pada rakyat. Kala rakyat sulit memenuhi papan dan pangan, beban bertambah lagi  dengan semakin  hari  biaya  pendidikan semakin mahal  bahkan seperti  pesawat yang tinggal landas, mendaki  dengan lajunya.  Sekali lagi, slogan  dan slogan disertai janji-janji  menjadi  bumbu orasi pada saat pemilihan  kepala daerah (PILKADA) dan pemilihan kepala negara (PILKANE). Pil-pil  tersebut  tidak mampu memberikan ketentraman rakyat, bahkan sebagaimana  salah makan pil, rakyat bertambah pusing.  

Rakyat yang sakit pusing, harus diterapi  secara benar. Salah terapi berakibat  langsung dan tidak langsung  pada semakin parahnya  kepusingan. Untuk terapi  yang benar  perlu diterapkan  ekonomi  rakyat  yang nyata-nyata merakyat.

Di tengah rakyat  telah  bermunculan  konsep  ekonomi rakyat  bak  jamur  di tengah hujan. Anehnya, semakin banyak konsep, relasi terhadap perbaikan nasib rakyat semakin jauh. Terakhir, dengan sedikit memaksa, pemerintah kembali menggulirkan Bantuan Langsung Tunai (BLT), tapi selain menuai kritikan program BLT ini hanya  menambah rakyat berfikir  sesaat dan tidak jarang yang sesat karena  realitanya rakyat  tetap melarat.

Meskipun telah banyak konsep ekonomi rakyat di tawarkan, namun  dengan  semangat  yang mulia,  penulis juga menawarkan sebuah konsep ekonomi rakyat  yang disebut dengan  Pendidikan atau Modal usaha   Satu Ribu yang selanjutnya disingkat Satu ribu.

Konsep satu ribu, difokuskan untuk mengembangkan sumber daya manusia melalui pendidikan.  Tujuan utamanya adalah memberikan bantuan pendidikan bagi anak bangsa yang memiliki  kemampuan untuk bersaing di tingkat international.

Siapakah mereka?

Mereka adalah tunas harapan bangsa yang terpilih secara alamiah dengan menunjukkan  bakat dan keterampilan untuk menjadi  manusia unggulan di tengah dunia  persilatan  yang  dengan  sukarela  akan mengabdikan diri dan kemampuannya untuk  mengembangkan potensi kekayaan alam  tanah air untuk meningkatkan  harkat dan martabat  bangsa ditengah  kehidupan bangsa-bangsa.

Mereka adalah putera-puteri terbaik  dari  nusantara yaitu :

1.suku Aceh, Batak, Minang, Palembang.

2. Suku Sunda, Jawa, Bali. Kalimantan,

3. Suku  Makasar, Manado, Ambon, Rote

pengelompokan 12 suku ini hanya  contoh saja, tanpa  membatasi  suku lain.

Bagaimana seleksi mereka?

Masing-masing suku memilih minimal  satu orang   yang akan dijagokan setiap tahun, sehingga  setiap tahun  terdapat minimal 12 orang yang akan didukung untuk memasuki pendidikan di dunia  luar.

Pendidikan yang akan dibantu mulai  program S1 sampai dengan S3 dengan program yang sesuai dengan potensi sumber daya yang menonjol di daerah masing-masing. Program bantuan pendidikan selama 12 tahun.

Siapa sponsor mereka?

Sponsor utama para anak bangsa tersebut adalah  rakyat itu sendiri. Caranya?

Setiap satu orang  putera bangsa yang akan diutus, didukung oleh  minimal  satu ribu  orang. Dukungan tidak dibatasi  dari suku masing-masing, dianjurkan lintas suku.

Setiap satu orang dari satu ribu, memiliki komitmen untuk mendukung putera bangsa tersebut selama 15 tahun. Komitmen dibuktikan dengan sikap hidup sehari-hari minimal setiap kali  makan, maka  wajib menyisihkan  uang satu ribu rupiah. Kalau  makan sehari 2 kali, maka  sehari dia mengumpulkan 2 ribu.

Walaupun miskin rakyat  di Indonesia  tetap saja  mampu makan. Setiap orang yang makan, berarti memiliki kemampuan untuk investasi pada pendidikan (human investment).

Apabila  kelompok satu ribu komitmen untuk memberikan satu ribu rupiah setiap makan atau dua ribu rupiah setiap hari, maka dalam sebulan sudah menyisihkan uang enampuluh ribu rupiah. Jika dikalikan dengan satu ribu orang, maka sebulan dapat mengumpulkan Rp.50 jt – Rp.60 jt.

Untuk membiayai    seorang  S1 di MIT atau Harvard atau Princeton atau Yale tidak sampai Rp.50 jt perbulan.

Kalau penduduk Indonesia yang memiliki kemampuan makan 2 kali mencapai  100 juta, maka dalam sebulan dapat mengumpulkan uang Rp.6.000.000.000.000,- ( 2.000 x 30 x 100.000.000.).

Apabila  dikelola dengan baik, maka uang itu akan berlipat ganda dan sangat cukup untuk menjadi modal bagi  keunggulan pendidikan anak-anak bangsa.

Manajemen satu ribu  tersebut tidak memerlukan biaya over head yang besar karena  jika dikelompokkan dalam kelompok satu ribu  maka  manajemennya akan lebih mudah ditangani  masing-masing kelompok.

Selain biaya pendidikan, uang kelompok satu ribu sangat cukup menjadi modal usaha bagi  anak bangsa untuk dikembangkan sesuai dengan keahliannya.

Melihat  kenyataannya  di Indonesia, dari 12 suku tersebut di atas, hampir dipastikan masing-masing suku dapat membentuk masing-masing  100 kelompok satu ribu sehingga jumlah kelompok pertama sebanyak 1.200 kelompok atau  tahun pertama  1.200 orang putera terbaik bangsa  dapat  didukung ke universitas terbaik di dunia.  Tahun berikutnya akan tumbuh  kelompok baru dan mereka akan mendukung generasi baru.

dalam kurun waktu 15 tahun maka  terdapat 100 doktor dari berbagai bidang yang memiliki keunggulan akan menjadi tunas harapan untuk membangun daerah masing-masing. Apabila menggunakan program S1 dalam negeri, maka waktu untuk menambah jumlah doktor  dapat dipersingkat dan biayanya dapat menambah jumlah anak bangsa yang akan dibiayai.

satu kata kunci, maukah kita? jawabnya simple dan tidak berbiaya  mahal. Mau.