DOKTOR ILMU HUKUM

WELLCOME TO CAFEL



MENCERDASKAN GENERASI

MENCERAHKAN ELEMEN BANGSA

MEMBUKA JENDELA DUNIA







Saturday, May 23, 2009

CALON PRESIDEN 2009

Pendaftaran kandidat Presiden-Wakil Presiden telah selesai. Dari beberapa figur yang direlease partai-partai, tingga 3 pasang yang resmi sebagai kandidat. Mereka adalah 1)JK-Wiranto: 2)SBY-Boediono; 3)Mega-Prabowo. Tugas pertama yang telah dilakukan para kandidat adalah menyampaikan vis-misi pasangan dalam memimpin nusantara 5 tahun kedepan.Lewat kanal televisi, pemaparan visi-misi berlangsung maraton tiga hari berturut-turut yang dimulai pada hari Rabu 20 Mei 2009. Peserta awal adalah pasangan JK-Win, namun audisi tersebut tidak mengikutsertakan Wiranto. Hari kedua, yang bersamaan dengan hari libur nasional merupakan giliran SBY. Hari ketiga, yang jatuh pada hari Jumat, giliran Mega. Berbeda dengan 2 kandidat, Mega memakai kesempatan audisi untuk memperkenalkan calon Presiden Prabowo.
Penentuan hari dan giliran kandidat masih misteri, terlebih jika dikaitkan dengan sejarah dibalik hari-hari yang ditetapkan. Untuk peserta pertama tentu memiliki keunggulan tersendiri karena jatuh pada tanggal 20 Mei. Bagi bangsa Indonesia, tanggal 20 Mei memiliki arti yang keramat, sehingga ditetapkan sebagai Hari Kebangkitan Nasional. Peserta kedua, dilaksanakan pada tanggal 21 Mei 2009, yang merupakan hari libur internasional, umat Kristiani merayakan kenaikan Tuhan Yesus Kristus. Peserta ketiga, yang jatuh pada hari Jumat, yang merupakan hari yang sakral bagi umat Islam.

Seandainya peserta audisi dan pemirsa yang turut mengikuti acara tersebut yang diberikan mandat untuk menentukan pemenang seperti pelaksanaan Indonesian Idol, maka dapat dipastikan kandidat pertama akan menjadi pemenang. Selain ditopang momentum peringatan kebangkitan nasional, kandidat bisa membuktikan bahwa dia seorang yang melakukan sesuai perkataan. Kandidat hadir dalam penampilan yang sederhana dan bahasa yang lugas.
Sayang, kontes tersebut bukan Indonesian Indol atau American Idol atau sejenisnya yang lebih merupakan domain hiburan. Kontes tersebut belum menentukan siapa pemenangnya. Pemenang sesungguhnya ditentukan pada hasil contrengan yang paling banyak diraih kandidat pada tanggal 8 Juli 2009.
Patut disayangkan, pemaparan vis-misi kandidat pemimpin bangsa ke depan itu disamakan dengan acara hiburan. Lebih disayangkan lagi, acara itu merupakan siaran ulang dan penuh dengan interupsi pihak lain (advertising). Apakah hal ini juga sudah menjadi hal biasa atau karena terpaksa, tergantung kocek? Dugaan kuat, alasan utama karena kocek alias dana. Ironis, visi-misi kandidat pimpinan nasional yang akan menentukan nasib bangsa ke depan sudah dilumuri mashab kocekis - kapitalis.

Dari pemaparan semua kandidat, bobot ekonomi sangat mendominasi. Kandidat pertama dan ketiga kental dengan konsep ekonomi mandiri. Ekonomi diberdayakan dari kekuatan, potensi, dan keterampilan bangsa ini. Mimpi? Bukan. Mereka membeberkan beribu macam bukti bukan janji kemandirian anak-anak bangsa. Bahkan satu kandidat dengan yakin meuturkan, kemandirian itu dapat dikerjakan oleh rakyat kalangan wong cilik bukan hanya kaum entepreneur.
Pemaparan dua kandidat sekaligus menjawab perdebatan yang sedang terjadi di bilik lain, neoliberalisme lawan kerakyatan.

Seorang berpendapat bahwa dia tidak setuju ekonomi kerakyatan karena tidak pernah ada dalam teori. Awalnya, opini doktor ekonomi tersebut dapat dimaklumi karena demikianlah adanya. Namun, patut menjadi kebanggaan karena inilah saatnya melahirkan mashap ekonomi baru yaitu ekonomi kerakyatan. Ekonomi yang tidak menolak kocekis, tapi mendahulukan energi dan sinergi rakyat. Ekonomi yang dibangun dengan memberikan kesempatan kepada rakyat sebelum menghakimi rakyat dengan sloga tidak mampu. Ekonomi yang dibangun dengan sistem perbankan yang tidak mengutamakan jaminan kredit, tapi lebih melihat kepada kesungguhan rakyat untuk memperbaiki diri.
Teori memang sudah diuji, tapi membangun sebuah negeri tidak kokoh dengan landasan teori. Terobosan salah satu kunci penting yang akan melahirkan teori baru.
Rakyat dan spirit kegotong royongan sudah terbukti berjaya menghempaskan kapitalis pada masa Indonesia merebut kemerdekaannya. Ekonomi rakyat bukan teori tapi bukti.

Monday, May 18, 2009

SISI LAIN KEUNIKAN (KANDIDAT) GUBERNUR BI 2009

Boediono adalah Gubernur Bank Indonesia yang relatif unik. Sejak dicalonkan Presiden, baru era Boediono terjadi penolakan DPR terhadap calon Gubernur Bank Indonesia yang diusulkan Presiden (Susilo Bambang Yudhoyono - SBY). Penolakan DPR, membuat SBY harus mengeluarkan jurus pamungkas dengan memberikan Boediono sebagai calon tunggal menuju kursi Gubernur. Dalam pit dan proper test kepada Boediono, hampir semua anggota DPR di Komisi XI tersihir dengan pesona Boediono. Hampir semua anggota Dewan yang menjadi penguji, bermufakat untuk menerima calon tunggal. Jadilah Boediono mendapat mandat memimpin Bank Indonesia periode 2008 - 2013.
Resminya Boediono dilantik sebagai Gubernur Bank Indonesia pada tanggal 22 Mei 2008.

SBY menggandeng Boediono sebagai pasangan dalam kontes panggung politik menuju Presiden-Wakil Presiden periode 2009 -2014. Deklarasi yang digadang Partai Demokrat dan koalisinya pada tanggal 15 Mei 2009, menjadi sejarah baru bagi Boediono untuk berkarya di luar jalur profesi yang selama ini digeluti. Untuk lebih fokus pada dunia persilatan yang baru itu, Boediono menyatakan siap bekerja sejak deklrasi Capres-Cawapres dan menyatakan mengundurkan diri dari Gubernur Bank Indonesia.
Kalau pengunduran Boediono ditandatangani sejak 17 Mei 2009, keunikan Boediono adalah mungkin satu-satunya Gubernur Bank Indonesia yang mengundurkan diri sebelum 1 tahun. Bahkan menjadi orang pertama yang menorehkan sejarah Indonesia bahkan sejarah Dunia, seorang Gubernur Bank Sentral menuju kursi Wakil Presiden.

Pengunduran Boediono memberikan lowongan di kursi yang sangat prestise, bergengsi dan panas itu. Siapakah Gubernur Bank Indonesia berikutnya, menjadi pertanyaan hampir semua orang baik kalangan rakyat, mahasiswa, elite partai bahkan anggota Dewan sendiri.
Tanpa merasa lebih tahu dari pengambil keputusan yang berwenang menetapkan Gubernur Bank Sentral berikutnya, tulisan ini mengajak untuk melihat keunikan-keunikan lain dari Gubernur Bank Indonesia.

Kalau dilihat dari initial nama, Gubernur Bank Indonesia sejak orde Baru dimulai dengan R. Periode berikutnya juga dimulai dengan R.
Setelah periode R selesai, Gubernur Bank Indonesia berturut-turut dipegang oleh A dan A. Sehabis periode A dan A, muncul nama yang juga berturut-turut dengan initial sama yaitu S dan S. Era S dan S dilanjutkan dengan dua initial yang sama berturut-turut yaitu B dan B.
Dari urutan initial nama tersebut, terdapat keanehan karena seperti memiliki pola yang simultan. Dimulai dari R, kemudian melompat ke A. Setelah periode A, dilanjutkan dengan S yang merupakan abjad setelah R. Demikian pula, setelah S berakhir dilanjutkan dengan initial B yaitu abjad setelah A.
Kalau mengikuti pola tersebut, periode selanjutnya adalah initial setelah S yaitu T.
Namun perlu diingat juga kelemahan pola itu ada pada periode B dimana B terakhir tidak penuh 5 tahun. Apakah hal tersebut memunculkan pola baru?

No. Nama Dari Sampai
1. Radius Prawiro 1966 1973
2. Rachmat Saleh 1973 1983
3. Arifin Siregar 1983 1988
4. Adrianus Mooy 1988 1993
5. Sudrajad Djiwandono 1993 1998
6. Syahril Sabirin 1998 2003
7. Burhanuddin Abdullah 17 Mei 2003 16 Mei 2008
8. Boediono 17 Mei 2008 17 Mei 2009
9. ?????
(Wikipedia Indonesia)

Dari kandidat yang tersedia di pasar, nama-nama calon potensi adalah A,C, D, G, H, M,R,S.
Kalau mengikuti pola tersebut, maka kandidat C,D,G,H,M, masuk nominasi sedangkan R dan S sudah pernah sebelumnya. Dalam pola tersebut belum pernah terjadi pengulangan nama setelah dua periode selanjutnya.
Lantas, bagaimana dengan nama T yang mengikuti pola tersebut? Logikanya, kalau T tidak dimungkinkan mengingat kandidat T belum ada, berarti pola tersebut tidak dapat dipertahankan. Lalu siapa yang akan menjadi kuda hitam?

Selain pola tersebut, terdapat pola lain yang sudah diterapkan pada pencalonan 2 Gubernur sebelumnya yaitu calon adalah mantan Menteri Perekonomian. Sebagaimana diketahui, Burhanuddin Abdullah dan Boediono adalah mantan Menteri Perekonomian sebelum ke kursi Gubernur Bank Indonesia.
Kalau pola ini yang dilanjutkan, maka S akan menjadi kandidat. Tapi ada sedikit halangan mengingat yang bersangkutan bukanlah murni Menteri Perekonomian karena saat ini hanya merangkap saja.

Peta lain yang dapat ditelusuri adalah dari 8 mantan Gubenur tersebut, 5 diantaranya merupakan kandidat internal Bank Indonesia. Bahkan 3 Gubernur terakhir merupakan internal Bank Indonesia. Apakah ini akan menjadi pola yang akan menjadi pertimbangan final?
Apabila pola ini yang dipilih tentu C,H,M akan menjadi dominan. Kalau dilihat dari "kesaktian" jawara tersebut, masing-masing sudah memiliki dan pakar dalam jurus monetery based. Tapi sebagai sebuah institusi bank sentral, monetary based tidak cukup. Bank sentral memerlukan jurus banking dan jurus payment dan terutama leadership. Kalau melihat kompetensi Deputi Gubernur Senior- DGS yang baru terpilih yang major pada jurus moneter, maka pemilik jurus banking dan payment akan menjadi keunggulan ekstra.
Apabila jurus non moneter dan leadership ini yang menjadi indikator terakhir maka M yang memiliki jejak rekam yang sudah diterima baik pasar eksternal maupun internal akan layak dipertimbangkan.

Semoga M ataupun temannya yang akan menjadi Gubernur Bank Indonesia berjanji kepada TUHAN bahwa dia akan memberikan dedikasi hanya untuk memenuhi panggilan TUHAN bukan panggilan manusia atau partai. Be a true "leader - leadest".
Semoga.