DOKTOR ILMU HUKUM

WELLCOME TO CAFEL



MENCERDASKAN GENERASI

MENCERAHKAN ELEMEN BANGSA

MEMBUKA JENDELA DUNIA







Saturday, April 11, 2009

ASAL ATAU TUJUAN

Dalam hdup manusia bergerak dari satu titik menuju titik lain. Titik pertama disebut dengan asal sedangkan titik kedua dinamai tujuan. Asal dan tujuan menjadi penting dalam hidup karena sangat menentukan hampir semua aspek kehidupan. Sulit menetapkan apakah asal lebih penting atau tujuan lebih penting. Persoalan yang dihadapi seseorang adalah apabila dia telah mencapai tujuan dia tidak bisa berhenti pada titik itu. Dia harus bergerak lagi mencapai titik lain, sedangkan tujuan yang telah dicapai otomatis berubah menjadi titik asal.


Pertanyaan selanjutnya apakah yang menjadi tujuan dalam hidup itu? Bisakah manusia memiliki satu tujuan? Dimanakah letak cita-cita atau visi dan misi seseorang atau perusahaan? Benarkah pernyataan bahwa tidak ada yang kekal kecuali perubahan?


Untuk memberikan jawaban atas pertanyaan tersebut, diberikan ilustrasi. Seandainya seseorang explorer berjalan dari Jakarta, menuju satu titik persinggahan, kemudian melanjutkan perjalanannya menuju titik lain, pada akhirnya explorer tersebut hanya berhenti apabila telah kembali di Jakarta. Jadi dari Jakarta tiba di Jakarta, baru bisa berhenti. Ilustrasi tersebut membantu pikiran dan harapan bahwa ada satu tujuan yang bisa membuat seseorang tidak akan mencapai tujuan yang lain yaitu ketika dia sudah tiba pada asalnya. dengan demikian yang semula asal akan menjadi tujuan akhir.


Untuk membebaskan seseorang dari perangkap dimensi yang membatasi ruang geraknya maka perlu diketahui bahwa ada asal yang menjadi tujuan yang satu saat pasti dihadapi seseorang yaitu pangkuan TUHAN.

Sunday, April 05, 2009

Situ Gintung : Bencana Alam atau Kecelakaan

Banjir yang melanda perumahan-perumahan di Ciputat akibat Situ Gintung sering disebut sebagai Tsunami Lokal. Istilah Tsunami Lokal dilahirkan karena pengalaman waktu kejadian yang mendadak dan relatif singkat tapi menelan banyak korban. Air bah yang melanda rumah dengan ketinggian 3-6 meter dan kecepatan yang spektakuler telah menyebabkan korban meninggal sudah 103 orang dan pencarian masih terus dilakukan. Dari sisi regu penolong (rescue), diketahui bahwa tim SAR yang melakukan pencarian korban adalah tim yang turun pada saat Tsunami akhir tahun 2004 di NAD.


Sepertinya ada benang merah yang mentautkan kejadian tsunami di NAD dengan peristiwa Situ Gintung. Namun mendengar kesaksian dari warga dan perkembangan informasi media massa, ada perbedaan yang signifikan. Yang pasti, Situ Gintung terjadi karena ambruknya pertahanan tanggul ( bangunan waduk). Konon waduk yang buatan manusia pada masa kekuasaan penjajahan Belanda itu tidak pernah dilakukan renovasi atau revitalisasi konstruksi. Jadi wajar, bangunan yang sudah di atas 50 tahun beroperasi terus menerus tanpa pemeliharaan yang terus menerus pula akan menghadapi panggilan usia, rapuh.


Korban yang relatif besar tersebut tidak akan terjadi apabila para pedagang properti tidak memaksakan (mungkin pakai pelumas) untuk mendapatkan izin dari pemerintah untuk membangun perumahan asri dan mahal di kasawan aliran saluran Situ yang letaknya lebih rendah dari Situ itu sendiri. Kondisi perumahan yang lebih rendah dari Situ rapuh tersebut, lolos dari perhatian para konsumen ketika menerima iklan dan penawaran dari pengembang. Rumah asri yang ditawarkan seolah menjawab mimpi konsumen yang mengidamkan rumah bagus, besar, mewah. Pemenuhan ambisi dan mimpi sering menjadi selubung yang menutup mata hati untuk lebih melakukan kaji (baca: zikir). Apalagi beberapa artis dan pejabat sudah terlebih dahulu menyatakan akan menghuni property itu. Sehingga akhirnya tanpa sadar bahaya maka jualan properti di kawasan itu menjadi laris manis seperti sawo manis.


Setelah semua properti terjual, mulai ramailah suasana di perumahan-perumahan itu, maka dipilihlah perwakilan RT dan RW sehingga semakin yakinlah bahwa secara administratif, daerah itu resmi menjadi kawasan pemukiman. Para Pamong juga seakan menutup mata bahwa perumahan itu berada diposisi bencana. Para pamong bukan mengingatkan (menegur) penghuni itu, sebaliknya semakin gencar menarik pajak dan retribusi seiring kondisi perekonomian warga yang semakin bersemi.


Selepas kejadian Situ Gintung, TUHAN menjadi sasaran pertama kritik dan komplain atas kejadian itu. TUHAN adalah pencipta alam semesta. Jadi bukan pembangun Situ Gintung dan Perumahan di aliran situ itu, sehingga kritikan dan bahkan mengarah kepada hujatan itu salah alamat.


Penyebab tsunami di NAD adalah alamiah pergerakan alam semesta (lembeng bumi bergeser). Wajar kalau tidak ada satupun manusia yang memastikan masa dan waktu serta dasyatnya tsunami. Sementara banjir Situ Gintung dapat diketahui dari pengamatan terhadap kondisi konstruksi.


Dari informasi tersebut di atas, dapat disimpulkan banjir Situ Gintung bukan merupakan bencana alam, tapi lebih merupakan kecelakaan. Jadi kita tidak perlu melantunkan lagu mas Ebiet G Ade (EGA)..