DOKTOR ILMU HUKUM

WELLCOME TO CAFEL



MENCERDASKAN GENERASI

MENCERAHKAN ELEMEN BANGSA

MEMBUKA JENDELA DUNIA







Wednesday, March 24, 2010

Kisah Kreasi : TUTUP BOTOL






Tutup botol ialah benda kecil yang sering menjadi sampah. Minuman botol seperti teh, bir tidak asing dengan tutup botol. Entah berapa banyak tutup botol yang berserakan setiap hari.
Bayangkan saja, di desa saya yang tidak memiliki kehidupan malam, juga relatif mudah mencari tutup botol. Apalagi botol kecap.

Aku teringat masa sekolah SMP. Sekolah saya menetapkan bahwa setiap siswa harus memiliki peralatan gambar seperti cat air, kuas dan tempat air. Apabila siswa tidak memiliki salah satu dari peralatan tersebut, tidak disertakan ujian kenaikan kelas.
Peraturan ini dikeluarkan menjelang ujian akhir semester yang notabene ujian yang menentukan kenaikan kelas. Karena relatif baru, saya dan teman sekelas nyaris tidak memperhatikan aturan tersebut. Saya sendiri sedang berjuang untuk bisa naik kelas 3.
Ujian menggambar dijadwal pada akhir pekan.
Saya sendiri sudah lama tidak memiliki peralatan menggambar. Tapi saya tidak terlalu kuatir dengan aturan tersebut karena saya berencana meminjam peralatan kakak kelas seperti semester sebelumnya. Ide itu terbersit sebelum jadwal ujian diterbitkan. Kakak kelas menginformasikan bahwa tidak perlu takut dengan aturan itu, karena itu sifatnya himbauan. Agak lega juga hati kalau betul itu sekedar himbauan. Saya pun lebih fokus mempersiapkan materi ujian pelajaran lainnya.
Pada saat jadwal ujian diterbitkan, jadwal ujian menggambar masih seperti semester sebelumnya di akhir pekan, namun bedanya semester ini kelas 1 sampai kelas 3 ujian menggambar jatuh pada waktu dan hari yang sama.
Aku mulai gelisah karena rencana untuk meminjam peralatan menggambar mustahil dilaksanakan. Untuk membeli peralatan itu juga mustahil karena aku tidak memiliki uang sepeserpun. Meminta kepada orang tua bukan belum waktunya karena upah sebagai karyawan perkebunan kurang dari cukup untuk kebutuhan pokok kami 7 bersaudara. Belum lagi jarak dari desa ke kota kecamatan yang relatif jauh, memerlukan waktu 3jam naik kereta angin.
Mengingat pelajaran matematika muncul di depan, aku lebih prioritaskan untuk belajar matematika dari pada memikirkan peralatan menggambar. Aku takut nilai matematikaku kali ini ketinggalan jauh dari Thomas dan Titis yang merupakan jawara selama ini.
Dua hari menjelang ujian menggambar, aku mulai terpengaruh dengan belum adanya peralatan menggambar. Untungnya, mata pelajaran dua hari terakhir tidak sulit bagiku sehingga kekuatiranku tidak mengganggu untuk bertahan pada nilai di atas delapan.
Ketika istirahat, saya bergabung dengan kelompok kakak kelas yang sedang bersenda gurau mengenai soal-soal ujian yang sudah dihadapi. Diantara mereka ada Bona, Tonnis, Jonggur, Christoni. Dari teman kelas dua ada Johnson, Evraim, Horas.
Dalam obrolan itu, dibahas juga aturan peralatan menggambar. Dalam kelompok itu, hanya saya yang belum punya peralatan gambar. Bona mengusulkan agar aku meminjam kepada "Ratna". Dia tahu bahwa Ratna baru beli peralatan gambar yang baru, sedangkan yang lama masih cukup untuk dipakai.
Ketika akan pulang, aku menunggu kelas Ratna adik kelas saya. Sembari berjalan pulang, aku mengutarakan niatku meminjam peralatan gambarnya. Ratna setuju, dan aku ikut ke rumahnya untuk mengambil peralatan tersebut. Aku cukup gembira karena tidak lagi memikirkan peralatan menggambar.
Ratna memberikan satu kuas dan satu kotak cat air. Lalu aku bertanya, tempat airnya mana? Ratna memberitahu bahwa tempat air yang lama tetap dipakai karena dia hanya memiliki satu.
Sambil pulang aku kembali berfikir, bagaimana memenuhi syarat untuk bisa ikut ujian menggambar besok.
Di tengah perjalanan, kakiku tidak sengaja bersentuhan dengan kaleng yang terpelanting ke depanku. Selangkah aku tidak menggubris benda itu. Seketika aku melihat, aku memungut dan mengamati. Jantungku berdetak lebih keras manakala imajinasiku berbicara lembut, benda ini yang menjadi penolong. Refleks juga otakku mengingat bahwa di belakang rumahku ada banyak benda sejenis yang merupakan mainan adikku Eva. Tutup botol.
Sambil menggenggam tutup botol aku mempercepat langkahku ke rumah.
Setiba di rumah, aku menuju belakang dan melihat kantong kresek berisi puluhan tutup botol masih diam di tempat. Aku meraba-raba sambil menerawang, apa yang aku lakukan dengan tutup botol ini.
Di sebelah kantong itu ada selembar triplek ukuran kertas. Naluriku menggerakkan tangan untuk menyentuk triplek. Intuisi berbicara triplek juga menjadi penolong.
Aku membawa benda-benda itu ke dapur, lalu aku merenung.
Aha, aku dapat ide lagi. Aku ambil gergaji besi dan penggaris serta pensil.
Aku mengukur lebar triplek dan mencoba beberapa tutup limun di atas triplek. Aku mendapat pola menyusun tutup limun melingkar seperti tempat air menggambar. Tapi di tengah lingkaran itu, perlu ada bejana yang lebih besar dari tutup limun sebagai tempat air pembersih kuas.
Di rak piring aku melihat ada mangkuk kecil dari aluminium. Aku minta izin kepada ibu untuk menggunakannya tanpa penjelasan tujuannya.
Aku kembali kepada benda-benda kreasi, dan menempatkan mangkuk di tengah lingkaran tutup limun. Nah, sudah jadi.
Aku mencari sisa lem kayu Ayah. Aku panasi dan aku meneteskan lem secukupnya pada bagian belakang masing-masing wadah. Hup, aku merekatkan tutup limun dan mangkuk pada triplek. Setelah kuamati, aku memotong tepi triplek menjadi bentuk segi enam.
aku puas dan bangga atas hasil kreasiku. Besok aku bisa ikut ujian.

Keesokan hari, aku membawa peralatan menggambar dalam kantong kresek. Aku sedikit malu dengan peralatanku. Selain barang pinjaman, terutama karena ada "benda aneh"
Sebelum masuk ruang ujian, guru pengawas meminta kami baru dan menyiapkan peralatan masing-masing untuk di periksa. Satu persatu kami diperiksa. Aku memiliki barisan terakhir karena malu.
Pada saat giliranku, guru bertanya, Bert, mana alat menggambarmu? Dengan sedikit ragu aku menunjukkan cat air, kuas pinjaman dan tempat air kreasi.
Sang guru kaget sambil melancarkan pujian, oh bagus juga tempat airmu ya. Idemu cukup cemerlang.
Aku masuk dan tidak sungkan lagi mengangkat tempat air menggambar. Untung ada tutup botol.


Jakarta, 24 Maret 2010
Untuk rekans alumni SMP Yaputra Dolok Sinumbah