DOKTOR ILMU HUKUM

WELLCOME TO CAFEL



MENCERDASKAN GENERASI

MENCERAHKAN ELEMEN BANGSA

MEMBUKA JENDELA DUNIA







Tuesday, June 30, 2009

PENJAJAHAN DALAM BUNGKUS GLOBALISASI

Globalisasi adalah sebuah istilah yang memiliki hubungan dengan peningkatan keterkaitan dan ketergantungan antarbangsa dan antarmanusia di seluruh dunia dunia melalui perdagangan, investasi, perjalanan, budaya populer, dan bentuk-bentuk interaksi yang lain sehingga batas-batas suatu negara menjadi bias (http://id.wikipedia.org/wiki/Globalisasi)
Masih mengekor pada situs tersebut di atas, globalisasi belum memiliki arti definisi yang mapan.
Istilah globalisasi semakin tersiar mengikuti peristiwa kegagalan ekonomi Amerika Serikat. Tersiar luas karena sudah disebut globalisasi. Jadi tidak perlu didefinisikan lagi batasan wilayah siarannya. Global berarti seluruh wilayah globe (baca: dunia). Istilah global awalnya diperkenalkan sebagai hal-hal yang positif terutama menyangkut perkembangan teknologi. Belakangan hal ini tidak dapat dibatasi karena istilah global dikawinkan pula pada hal-hal yang negatif seperti krisis global.
Setelah mengamati dan merenungkan proses penggelindingan globe dalam istilah yang dipakai dalam semua aspek, muncul kecurigaan terhadap globalisasi ini. Bayangkan globe menggelinding tanpa batasan ruang dan waktu. Hal itu mengisyaratkan globe bebas bergerak ke mana saja dan kapan saja. Kalau globe membawa kabar baik bagi pewaris bumi globalisasi menjadi harapan besar. Namun faktanya, globalisasi juga mengelindingkan ancaman dalam bentuk kerugian dan atau kemerosotan bumi. Pokoknya seram.
Globalisasi menjadi menarik karena dari asalnya, globalisasi hampir tidak pernah bergulir dari negara yang miskin atau sedang berkembang ke negara kaya atau raksasa. Kecenderungannya adalah dari yang besar kepada yang kecil. Analoginya adalah ibarat bola salju yang dibentuk dari atas puncak, menggelinding ke bawah dan semakin rendah wilayah yang akan dituju, maka makin deraslah arus bola ke wilayah itu. Kecepatan bola akan menghasilkan energi gerak yang mampu menghacurkan benda di wilayah yang lebih rendah. Yang lebih tragis lagi, globalisasi ke bawah tidak bisa dibendung sedangkan aliran bola ke atas tidak dimungkinkan.
Jika globalisasi membawa kabar baik, maka dampaknya ke negara bawah tidak terlalu signifikan. Namun jika globalisasi berisi hal-hal yang buruk, dampak buruknya akan berakselerasi bahkan berkembang biak ke negara bawah.
Dari sisi konten, globalisasi tidak pernah mengandung hal-hal yang natural. Kecendrungan isinya pada kemajuan teknologi.
Negara-negara besar melakukan banyak hal seiring dengan kemajuan teknologi. Selain untuk dinikmati sendiri, dampak dari kemajuan teknologi dan kebutuhan berinovasi berbanding lurus dengan biaya yang dikeluarkan untuk itu. Apabila biaya hanya ditanggung negara tersebut, maka dapat dipastikan bahwa ke depan beban negara tersebut akan meningkat dan semakin lama semakin besar sesuai dengan kemajuan teknologi. Hal itu akan terjadi karena sumber daya dan ruang yang dimiliki negara itu akan semakin kecil diperhadapkan terhadap semua kemajuan yang dialami.
Untuk menghindari beban berat di masa yang akan datang, maka negara-negara besar merencanakan pembagian biaya kepada negara-negara lain terutama negara yang memiliki sumber daya dan ruang. Tentu saja, sasaran pengalihan biaya itu adalah negara miskin dan berkembang yang belum mengeksploitasi sumber daya dan ruang. Pengalihan biaya itu sering muncul dalam bentuk kerjasama antar negara yang berbendara investasi.
Merenungkan proses globalisasi tersebut, kita dibawa pada suasana sejarah abad 18.
Kebanyakan negara-negara di Eropa melakukan pencarian terhadap tanah baru demi meluaskan areal pertanian dan pertambangan untuk memenuhi kebutuhan rakyat di negaranya. Proses pencarian daerah baru disebut kolonisasi yang dalam pelajaran kewarganegaraan menjadi penjajahan.
Apabila diperbandingkan motif dari pencarian tanah dan pengalihan biaya, maka tidak jauh beda bahwa globalisasi adalah penjajahan.
Penjajahan terhadap sumberdaya di negara miskin dan sedang berkembang untuk diekploitasi dan dibawa ke negara besar asal. Selanjutnya nilai tambah dari proses globalisai itu hanya akan memberikan tambahan energi untuk melakukan globalisasi yang lebih besar.
Adakaha negara bawah yang mampu bertahan? Seperti gelinding bola salju, mungkin tidak ada yang dapat menahan secara permanen gelinding globalisasi. Namund tidak menutup kemungkinan melakukan penahanan dalam jangka waktu yang lebih lama sampai energi dorongan globalisasi mereda bahkan sirna.
Dalam strategi permainan khususnya permainan perang seperti pertandingan bola, strategi bertahan adalah sikap bunuh diri. Satu-satunya strategi yang lebih bertahan adalah menyerang. Mungkinkan negara bawah menyerang negara atas? Secara terminologi sangat dimungkinkan dengan cara memunculkan istilah reglobalisasi. Hal yang perlu dilakukan adalah mendemonstrasikan hal-hal yang bersifat natural yang menjadi kekayaan negara bawah kepada globalisasi negara besar. Naturalisai ini akan menggulung energi global karena kekuatan naturalisasi lebih besar.
Pengalaman Mahatma Gandhi menjadi contoh yang nyata.
Oleh karena itu, globalisasi harus diperangi dengan kearifan lokal yang dimiliki setiap negara.