DOKTOR ILMU HUKUM

WELLCOME TO CAFEL



MENCERDASKAN GENERASI

MENCERAHKAN ELEMEN BANGSA

MEMBUKA JENDELA DUNIA







Monday, July 20, 2009

LISTRIK DAN VISI KABUPATEN ROKAN HULU

Pertengahan Juli 2009, saya mendapat kesempatan untuk berkunjung ke Pasir Pangaraian Kabupaten Rokan Hulu Riau. Keinginan untuk berkunjung sudah lama terpendam bahkan sudah hampir 10 tahun. Hambatan utama  selama ini adalah  transportasi. Prasarana  jalan darat  yang tersedia  relatif  buruk. Waktu tempuh yang dibutuhkan tidak kurang dari  enam jam. Bayangkan untuk kalau di Jawa, waktu tempuh selama itu sudah  menghubungkan  ujung Barat sampai ujung Timur. Ironis memang.

Perjalanan ke Pasir  kali ini saya tempuh karena  sarana jalan darat  sudah  diperbaiki. Hal itu bukan hanya promosi, tapi fakta yang patut diacungkan jempol. Perbaikan jalan tersebut  memotong waktu tempuh menjadi empat jam bahkan kalau agak ngebut  waktu tempuh bisa kurang dari empat jam. Katanya, perbaikan jalan merupakan konsekuensi dari pemekaran daerah yang menjadi Rokan Hulu sebagai Kabupaten dengan pusat pemerintah di Pasir Pangaraian.

Informasi mengenai  Kabupaten baru ini relatif terbatas. Sebelum berangkat ke Rohul sebutan yang lebih populer, saya mencari informasi tentang Rohul  melalui dunia maya. Tak disangka, informasi  Rohul  sangat  terbatas, yang mengundang tanda tanya.

Pada suatu  pagi, aku menikmati  sarapan pagi di warung  yang menyediakan lontong dan pecal serta nasi goreng. Semula niat untuk memesan lontong. Namun, "ete" yang melayani menginformasikan bahwa hari tertentu lontong tidak tersedia. Pagi ini hanya ada nasi goreng. Tanpa pikir dua kali aku memesan nasi goreng.

Menunggu datangnya pesanan, saya melihat informasi  di warung itu. Aku tertarik mengamati  sebuah tanggalan yang mencerminkan informasi Rohul. Dari halaman kalender itu, saya mengetahui bahwa Rohul memiliki visi dan misi antara lain Menjadi Kabupaten Teladan 2018. Aku kaget  karena tidak percaya. Keheranan saya spontan muncul  karena  kata teladan dan 2018. Sekarang 2009 kurang setengah tahun. Berarti  sisa waktu tersedia untuk mencapai visi dan misi itu tinggal kurang dari sembilan tahun. Apakah  sasaran itu tidak kelewat percaya diri  atau  sekedar  jualan politik saja?

Menjadi teladan bukan berarti  harus memiliki waktu  berpuluh-puluh tahun. Namun menjadi Kabupaten teladan juga tidak bisa  menuangkan  rencana dalam kertas  dan jadilah sesuai dengan perkataan (power of speech). Mari kita lihat masalah yang membentang.

Suatu pagi, saya diberitahu teman bahwa  dia  telah mendapat  sebuah  bangunan untuk dijadikan tempat usaha. Hal yang paling sulit didapat untuk  usaha itu adalah  listrik. Di Pasir, dia menuturkan, sangat lazim orang  menjadikan  meteran listrik   sebagai agunan. Nilainya cukup  lumayan, puluhan juta rupiah. Saya semula kurang percaya, tapi dengan fakta dan bukti yang dipaparkan saya  percaya  sambil heran. Seumur hidup, saya baru pertama kali mendengar  fasilitas umum sebagai jaminan. Apakah ini yang disebut  lain padang lain belalang, lain lubuk lain ikannya?

Selama saya berkeliling di daerah Rohul, memang  mata memandang setiap  usaha  apakah toko  kebutuhan rumah tangga atau  rumah makan, selalu memiliki  generator sendiri. Ini mengindikasikan  bahwa cerita teman saya itu benar adanya. Listrik tidak mudah  diperoleh di Rohul.  Anehnya, penerangan jalan umum  relatif  bagus.

Keanehan lain adalah  belum tersedianya  prasarana  air minum. Hal ini menyebabkan setiap  rumah dan atau toko, selalu memiliki  sumur sendiri. Sudahlah pasti, bahwa  kelancaran sumur tergantung pada listrik. Oleh karena listrik terbatas,maka bak-bak  mandi diisi dengan tenaga alami alias ditimba.

Listrik dan air, merupakan  benda keramat  dalam memajukan  kehidupan. Pada masa modern ini, tidak ada satu kelompok masyarakat di belahan bumi manapun yang dapat mencapai kemajuan yang pesat tanpa dukungan lisrik dan air. Tanpa listrik  mustahil bagi para pelajar  meraih  prestasi yang baik. Bagaimana tidak, belajar di kelas memerlukan listrik. Apalagi untuk mendukung  pelaksanaan praktikum. Demikian juga halnya  di rumah, anak-anak memerlukan waktu belajar untuk mendalami  materi pelajarannya. Kalau listrik tidak tersedia, mustahil bagi  para anak didik  bisa  belajar di rumah  pada malam hari.

Jika hal ini berlangsung dalam waktu yang lama, dipastikan bahwa  prestasi  pelajar dari Rokan akan menurun bahkan jauh ketinggalan  dari dunia luar. Hidup tanpa listrik  ibarat  hidup dalam sebuah isolasi peradaban. Dampak signifikan kelangkaan listrik  juga   berimbas pada  sektor ekonomi, politik, keamanan dan kebudayaan. Jadi  tanpa listrik  mustahil  daerah  bisa mewujudkan visi dan misi.

Barangkali  visi dan misi yang  harus diutamakan adalah  menjadikan Rohul sebagai  Kabupaten yang  hemat energi tapi bukan tanpa energi. Pemda Rohul menyediakan listrik dan air yang memadai untuk mengembangkan usaha dan masyarakat  dengan pegawasan  agar  penggunaan sesuai peruntukan. Selain itu, visi dan misi yang perlu dikembangkan adalah menjadi  kota hijau alias  green city.

Sebagai  daerah yang baru, menjadi  green area, relatif lebih mudah.  Konsep tata kota tidak meniru  kota lain yang selalu dipenuhi  gedung bertingkat dan mall. Hendaknya  pembangunan kota tidak disamakan dengan membangun  mall atau  gedung tinggi.  Meskipun  mewujudkan  sebuah green area, namun kembali kepada kebutuhan mendasar  listrik dan air  harus didahulukan. Dalam membangun green city sekalipun, listrik dan air menjadi kebutuhan utama.

Jadi apapun visi dan misi yang akan dicapai, penuhi dulu saranan vital seperti  listrik, air dan jalan.