DOKTOR ILMU HUKUM

WELLCOME TO CAFEL



MENCERDASKAN GENERASI

MENCERAHKAN ELEMEN BANGSA

MEMBUKA JENDELA DUNIA







Monday, April 05, 2010

Kisah Kreasi : UANG KOSTUM TANGKAP ULAR

Sewaktu akoe duduk di bangku SD kelas empat, akoe masuk tim senam pagi indonesia. Pada masa itu, departemen pendidikan baru saja meluncurkan program olah raga pagi bagi semua siswa sekolah di Indonesia yang disebut dengan Senam Pagi Indonesia (SPI).

Menjelang bulan Agustus, semua sekolah yang tediri dari 6 SD di desa saya melakukan persiapan untuk merayakan HUT RI. Setiap sekolah diseleksi dan murid-murid yang memiliki keterampilan, akan dipilih menjadi tim SPI yang akan ditampilkan di Kecamatan.

Saya menjadi salah satu siswa yang dipilih masuk dalam tim SPI. Setiap hari kami harus latihan bersama senam SPI massal bersama dengan siswa dari SD lain. Akoe berasal dari SD No. 2. Latihan dilakukan setiap pkl. 11.00 siang.

Akoe sangat menyukai kegiatan olah raga terlebih lagi kegiatan massal. Alasan utama yang mendorong saya menyukai kegiatan olah raga karena dapat dispensasi tidak belajar. Selain itu, banyak kesempatan berkenalan dengan siswa dari sekolah lainnya. Di atas semua itu, saya berangan-angan akan mendapat hadiah atau pialah dari Kecamatan apabila tim kami dapat mencapai regu terbaik se kecamatan. angan-angan dan kesenangan tersebut membuat saya dan beberapa teman semangat berlatih sehingga dalam waktu yang relatif singkat sudah menguasai SPI tersebut.

Semangat dan kebersamaan ternyata belum cukup menjadi modal untuk menjadi tim pilihan. Ketua regu yang merupakan guru sekolah kami menginformasikan bahwa tidak semua siswa yang latihan diikutsertakan dalam perlombaan senam. Tim akan dibentuk menjadi dua regu, regu inti dan regu cadangan. Regu intilah yang menjadi tim yang tampil dalam pertandingan.

Semua syarat yang ditetapkan dapat saya penuhi, kecuali kostum. Untuk keterampilan saya masuk terbaik, bahkan saya menjadi bagian dari instruktur senam di sekolah kami.

Panitia telah menetapkan bahwa setiap peserta wajib mengenakan kaos berlogo senam pagi indonesia dan sepatu hitam model sepatu pesilat china. Dari perbincangan dengan teman lain, orang tua pada umumnya mempertanyakan syarat kostum itu. Terlebih lagi, kostum itu bukan merupakan seragam harian sekolah. Untuk memenuhi seragam sekolah, putih-putih dan pramuka dengan sepatu karet warna putih orang tua sudah kewalahan menuhinya. Apalagi jika ditambah pakaian senam ini.

Orang tua saya, selain kurang setuju dengan idenya, ketidak setujuannya terlebih karena alasan moneter. Dari mana uang untuk membeli baju dan sepatu itu? Untuk mengganti baju pramuka kakakmu saja Emak masih susah, keluhnya saat saya menyampaikan syarat Panitia SPI. Aku tidak berdebat dengan Emak karena faktanya memang demikian. Akoe sendiri prihatin dengan keadaan kakak yang sudah remaja, tapi pakaian sekolahnya selalu dari 3 generasi sebelumnya. Maklumlah, kami 7 bersauara, dan kakak anak ke 4.

Semakin hari, akoe semakin digelisahkan oleh pakaian yang belum ada. Hanya inilah yang menjadi hambatan bagiku untuk masuk regu inti dan mewujudkan angan-anganku. Penentuan regu inti akan dilakukan 2 minggu sebelum hari H.

Menjelang penentuan regu inti, akoe pulang sekolah lebih awal karena tidak ada latihan. Emak mengajak akoe mencari kayu bakar (biji kelapa sawit yang kering). Selesai makan siang, kami pun berjalan menuju area yang kami perkirakan mendapat kayu bakar. Kami menuju tanaman sawit di pinggir sungai.

Kami menelusuri tiap piringan pohon sawit untuk melihat apakah ada biji sawit yang sudah kering karena terlambat di panen. Perusahaan tidak keberatan jika penduduk mengambil biji sawit kering karena sudah merupakan barang sampah. Meskipun akoe dan emak berbeda arah, tapi jarak kami tidak berjauhan.

Setelah menelusuri beberapa pohon dan keranjang emak sudah hampir separuh, tiba-tiba emak memanggil saya perlahan. Bet, sini lekas, sini sambil menunjuk sesuatu yang dilihatnya. Akoe bergegas ke arah Emak dan menuju pandang pada arah yang ditunjuknya. Emak menunjukkan seekor ular sanca sedang pulas melingkar disemak-semak. Akoe melihat wajah Emak mengisaratkan sebuah pesan bahwa ada jawaban dari masalah yang akoe hadapi. Kami semua sudah tahu bahwa ular seperti itu bernilai. Bagaimana cara menangkapnya? tanya Emak. Lalu Emak menarik kulit batang kelapa, menjalinnya dan membentuk seutas tali seperti laso. Tapi Emak bingung dengan laso di tangannya karena tidak bisa menjerat ular itu. Barangkali karena bisikan dan gerakan kami, si ular bangun dan mulai bergerak. Emak langsung berkata, jangan biarkan lolos, ini berharga buat kita. Akoe mengambil pelepah kelapa dan menakut-nakuti ular agar tidak lari. Emakpun bertindak yang sama. Ular bergerak ke arah batang pohon sawit.

Melihat situasi tersebut, akoe berpikir, harus dilakukan tindakan untuk meringkus binatang tersebut. Secara spontan, akoe berkata kepada Emak, Begini saja, nanti kalau akoe bilang siap, Emak menyediakan karung saja. Maksudmu? konfirmasi Emak. Buka karungnya saat kutangkap dia. Ha, berani kau peranjat Emak? Dari pada tidak ada kesempatan jawabku sambil bersiap-siap menangkap ular.

Mula-mula akoe mau menangkap ekor. Tapi teringat cerita orang tua bahwa lebih bahaya menangkap ekornya, karena bisa digigit nanti. Lalu akoe mengubah strategi. Tiba-tiba, dengan sandal jepit (karet) akoe menginjak kepala ular dengan kaki kiri dan ekornya dengan kaki kanan, sembari tanganku mengikuti. Tangan kiri memegang kepala dan tangan kanan memegang ekor. Selanjutnya aku angkat dan memasukkan ular kedalam karung dan membawa ke rumah.

Emak masih heran seolah tidak percaya bahwa kami telah meringkus ular. Setelah berjarak sepuluh meter, Emak memanggil saya. He, mau kemana kau. Bagaimana dengan kayu bakar kita? Kita pulang saja dulu, kita mau urus ini dulu, Kalau urusan kayu bakar, besok kita teruskan. Kita kan sudah mengumpulkan hampir setengah keranjang, jawabku sambil mempercepat langkah. Emak menyusul akoe di belakang.

Tiba di rumah, abang yang SMA sudah selesai makan. Melihat saya tergesa-gesa, dia bertanya, Dik ada apa, kog kelihatan buru-buru? Aku hanya mengangkat karung dan memberi isyarat uang dengan jari-jari. Abang melihat karung dan terperanjat karena dia tidak percaya akoe dan emak dapat buruan sebesar itu.

Abang lebih heran lagi setelah mengamati ular, tidak terdapat cacat dalam tubuh ular apalagi kulitnya. Bagaimana kalian menangkapnya, kog tidak ada lukanya? Tanya abang ingin tahu. Emak sambil terkikik geli menirukan cara akoe meringkus ular itu. Bah, hebat kali kau, tidak takut? Tanya padaku. Akoe bilang, saat itu yang ada dalam pikiran saya ular ini harus dapat dan dalam waktu sekejab dan spontan cara itu mengalir begitu saja. Akoe tidak takut sedetikpun.

Abang menginformasikan bahwa mungkin harga ular itu di atas harga biasa karena masih hidup dan tanpa cacat. Emak meminta abang untuk menjual ular itu ke kecamatan. Sebelum abang pergi, Emak bertanya kepada saya. Apa yang kau inginkan dibeli abangmu nanti? Akoe meminta kalau boleh dibelikan seragam SPI. Selebihnya terserah emak. Oh, jadi kau masih pingin ikut regu inti ya….seloroh emak.

Selepas magrib, abang pulang dengan membawa beraneka belanjaan. Tentu saja, abang pertama sekali menunjukkan kostum SPI yang sedang trend termasuk sepatunya. Abang juga membeli kebutuhan di dapur dan kain untuk Emak. Melihat bawaan yang demikian, Emak bertanya, darimana uangnya, kog banyak belanjaanmu? Abang dengan senyum menjawab, kan sudah kubilang tadi harganya pasti bagus. Dan betul, lagi rezeki kawan ini agaknya, toke tidak pelit seperti biasanya, jadi akoe dapat harga bagus.

Akoe akhirnya dapat menjadi regu inti SPI. Pada hari H, kami tampil dengan semangat dan mendapat juara II. Acara tidak jadi di Kecamatan, tapi dipindahkan ke Kantor Pusat Perkebunan di Bah Jambi.

Jakarta Maret 2010

Salam berjuang untuk kakak dan kelas alumni dari SD No. 2 Dolok Sinumbah

No comments:

Post a Comment